Foto: ilustrasi nuansamistis.com |
Suatu sore, setelah dimarahi oleh Tante Mira karena
masalah sepele, Tiara merasa sangat sedih. Tanpa pikir panjang, dia memutuskan
untuk pergi meninggalkan rumah dan menuju rumah neneknya yang jauh di pinggiran
kota. Meskipun perjalanan cukup jauh, Tiara yakin neneknya adalah tempat yang
aman dan nyaman baginya.
Waktu telah menjelang magrib ketika Tiara melewati sebuah
bangunan tua yang mirip dengan mushola. Dia memutuskan untuk istirahat sejenak
di teras bangunan tersebut yang terlihat kurang terawat. Lelahnya perjalanan
membuatnya cepat tertidur tanpa disadari.
Tiara sempat membuka matanya sebentar, dia melihat ada
beberapa anak kecil bermail didekatnya. Wajah anak-anak itu terlihat aneh,
tidak seperti anak-anak lain yang biasanya dialihat.
Karena Lelah dan mengantuk, Tiara kembali memejamkan matanya
dan kembali tertidur.
Tidak tahu berapa lama Tiara tertidur, Tiara terbangun karena kaget oleh suara seorang kakek yang membangunkannya. Senja menyelimuti langit, menciptakan suasana yang agak mistis di tempat itu.
Tiara merasa pernah melihat sosok kakek ini sebelumnya,
tetapi dia tidak bisa mengingat dengan pasti.
"Kamu seharusnya tidak berada di sini," ucap kakek
dengan suara lembut, sambil menawarkan bantuan untuk pulang. Meskipun bingung,
Tiara memutuskan untuk mengikuti kakek itu yang menunjukkan jalan pulang
kepadanya.
Setelah beberapa lama berjalan, kakek tersebut menunjukkan
sebuah jalan setapak di antara dua pohon pisang dan menyarankan Tiara untuk
mengikutinya. Ketika Tiara menoleh ke belakang, kakek tersebut tiba-tiba
menghilang tanpa jejak. Dengan hati-hati, Tiara melangkah melewati jalan
setapak itu.
Perjalanan melalui jalan yang gelap dan sunyi membawanya ke
tempat yang mulai terang dengan cahaya lampu rumah yang berderet di sepanjang
jalan. Meskipun sedikit takut, Tiara terus berjalan menuju titik cahaya yang
terlihat jauh di depannya.
Setelah berjalan cukup lama, dia tiba di jalan yang lebih
lebar dengan rumah-rumah yang banyak berjejer di kedua sisinya. Tiara merasa
semakin bingung dengan tempat yang tidak dikenal ini.
Namun tidak lama kemudia, dia melihat beberapa orang
berkumpul di sebuah pos ronda di tepi jalan.
Bapak-bapak yang bertugas di pos ronda itu terkejut melihat
Tiara, salah satu dari mereka mengenali wajahnya. Mereka bertanya dengan heran
mengapa Tiara berada di sana pada jam-jam seperti itu. Tiara hanya bisa
menjawab bahwa dia ingin pulang ke rumah neneknya.
Setelah diberi minum dan dijelaskan bahwa sudah pukul 03.00
dini hari, Tiara diantarkan pulang oleh tiga bapak itu ke rumah neneknya yang
ternyata tidak jauh dari pos ronda tersebut. Neneknya keluar dengan air mata di
matanya, sangat khawatir karena Tiara telah menghilang selama seminggu. Bagi
Tiara, ini begitu aneh karena baginya baru sehari saja berlalu.
Tiara menceritakan semua yang terjadi kepada neneknya dan
para bapak yang mengantarnya. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba
memahami petualangan Tiara yang misterius di alam gaib itu.
Meskipun masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi
pada malam itu, Tiara merasa lega bisa kembali ke pelukan neneknya.
Setelah beberapa hari berlalu, tiara terus mengingat sosk
kakek yang membangunkannya ditempat yang mirip mushola waktu itu. Tiara pun
ingat bahwa kakek yang membangunkannya itu adalah kakeknya yang meninggal
sewaktu tiara masih kelas 2 SD.
Pengalaman itu meninggalkan kesan yang mendalam,
mengajarkannya bahwa terkadang dunia ini lebih luas daripada yang bisa kita
lihat dan pahami.
Dengan harapan agar tidak tersesat lagi, Tiara berjanji pada
dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati dan menghargai tempat yang
dikenalinya. Petualangan di alam gaib telah mengubah pandangannya tentang hidup
dan dunia di sekitarnya, meskipun misteri itu mungkin tidak pernah terpecahkan
sepenuhnya.